RAGI
Dalam kehidupan orang Ibrani, ragi memainkan peranan
penting, tidak hanya dalam pembuatan roti, tapi juga di bidang hukum, upacara
dan agama. Ragi dibuat dari dedak halus putih diremas dengan bibit ragi, tepung
tumbuhan seperti kacang polong, atau dari jelai dicampur air yang tinggal diam
hingga menjadi asam. Karena cara membuat roti semakin maju, ragi dibuat dari
tepung roti diremas tanpa garam, disimpan sampai timbul peragian.
a. Dalam pembuatan roti
Dalam pembuatan roti,
ragi mungkin segumpal adonan terambil dari adonan terdahulu, dibiarkan beragi
menjadi asam. Ini larut dalam air di tempat meremas sebelum tepung gandum
dimasukkan atau dicampur dengan tepung (Matius 13:33) dan diremas bersamanya. Roti yang dibuat dengan cara itu
disebut roti beragi, dibedakan dari roti tidak beragi (Matius 13:13). Tidak jelas apakah
ragi jenis lain dipakai, walaupun sering dikatakan bahwa orang Yahudi
menggunakan endapan anggur sebagai ragi.
b. Dalam hukum dan
upacara agama
Peraturan Musa (Keluaran 23:18; 34:25) melarang ragi selama
Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi (Keluaran 23:15; Matius 26:17). Roti tidak beragi dimaksudkan untuk mengingat bangsa
Israel yang terburu buru keluar dari Mesir, tidak ada cukup waktu membuat roti
beragi biasa. Roti tidak beragi mengingatkan pula kepada bangsa Israel akan
keadaan tertindas ketika masih dalam perbudakan, khususnya perlawanan Firaun
terhadap rencana Israel untuk untuk pergi sehingga menjadikan mereka harus mengadakan
persiapan yang cepat.
c. Dalam ajaran Perjanjian
Baru
Dalam Perjanjian Baru,
ragi dipakai dengan arti kiasan yang mencerminkan pendapat lama tentang ‘busuk dan menimbulkan
kebusukan’. Yesus memperingatkan murid mengenai ragi orang Farisi,
Saduki, dan Herodes (Matius 16:6; Markus 8:15). Maksud-Nya, kemunafikan Farisi dan pemahaman yang lahiriah (Matius 23:14, 16;
Lukas 12:1), skeptisisme dan ketidaktahuan Saduki (Matius 22:23, 29), kebencian dan tipu
daya politik Herodes (Matius 22:16 21; Markus 3:6).
No comments:
Post a Comment